Rabu, 05 September 2007

Lembah Harau



Lembah Harau di Payakumbuh, Kabupaten 50 Kota, Sumbar, mempunyai tujuh air terjun (sarasah) yang memesona. Pagar tebing cadas yang curam dan lurus juga menantang untuk olahraga panjat tebing.



Payakumbuh: Seperti dalam benteng! Barangkali demikian yang dirasakan pengunjung Lembah Harau di Payakumbuh, Kabupaten 50 Kota, Sumatra Barat. Memasuki Taman Wisata Lembah Harau, wisatawan serasa "dikepung" tebing kemerah-merahan setinggi 150 hingga 200 meter. Tebing itu tegak mengelilingi lembah.

Di dasar tebing, bentangan sawah dan pepohonan hijau lagi rimbun membuat pesona Lembah Harau makin memukau. Daerah Lembah Harau juga dihuni berbagai jenis hewan dan burung liar. Lembah ini juga makin memikat dengan tujuh air terjun atau sarasah yang mengalir deras. Di waktu musim hujan, air yang mengalir bertambah deras. Pemandangan sekitar lembah makin menakjubkan kala pelangi turun sehabis hujan.

Kawasan wisata yang dicapai sejam perjalanan dari Bukittinggi, Agam, ini dapat dinikmati dengan membayar tiket Rp 1.500 per orang. Untuk wisatawan yang berniat bermalam, tempat ini juga menyediakan pondok kecil dan rumah gadang di dasar lembah. Harga sewa kamar semalam bervariasi, mulai Rp 50 ribu hingga Rp 2 juta. Teras rumah yang terbuka membuat pengunjung dapat menikmati pemandangan lembah sepuasnya. Pengunjung juga dapat menikmati alunan saluang--alat musik tradisional Minangkabau--yang ditiup oleh anak nagari setempat buat menghibur wisatawan.

Lembah yang memanjakan hati dan mata ini mempunyai legenda sendiri. Menurut hikayat setempat, dulunya di atas tebing berdiri sebuah kerajaan. Sedangkan lembahnya merupakan lautan. Suatu hari, putri kerajaan memilih terjun ke laut karena tak diizinkan menikah dengan lelaki yang disukainya. Sang raja lalu memerintahkan rakyatnya mencari jasad sang putri. Namun hingga laut dikeringkan, jenazah sang putri tetap tak ditemukan. Laut yang menjadi daratan itu kini dikenal sebagai Lembah Harau dan menjadi tempat bermukim yang indah.

Pagar tebing cadas yang curam dan lurus itu juga menantang untuk olahraga panjat tebing. Sebuah organisasi pecinta tebing setempat secara rutin mengunjungi tempat ini sekali dalam setahun. Wisatawan yang berminat mungkin dapat mencoba untuk menguji olahraga yang satu ini. Peminat akan dipandu seorang instruktur.

Bila tak ada sepatu khusus pendaki, tanpa alas kaki pun jadi. Inti olahraga ini adalah mengatasi rasa takut. Pendaki juga diharuskan memakai harnest (alat pengaman tubuh) yang diikat simpul. Tali yang lain dipegang seseorang yang akan menahan tubuh pendaki bila terjatuh. Untuk mengurangi keringat saat mendaki, pendaki harus menyediakan bubuk magnesium karbonat. Bagi pemula, kesulitan terbesar antara lain mengalokasikan beban tubuh kepada tangan dan kaki secara seimbang. Kecederungan yang sering terjadi, beban tubuh hanya ditahan oleh tangan. Akibatnya energi lebih cepat terkuras. Apalagi tempat pijakan dan bergantung amat minim.

Sebagai daerah lembah, suara teriakan niscaya akan memantul lagi. Cobalah berteriak di titik nol (echo spot) yang telah ditandai pengelola khusus untuk pengunjung yang ingin mendengar gaung sempurna. Di tempat ini, suara pantulan terdengar lebih keras. Lumayanlah buat melepas stres dan beban hidup. Sekalian buat latihan vokal bagi yang berminat ikut kontes menyanyi!

Payakumbuh tak hanya memiliki Lembah Harau. Setengah jam dari tempat ini pengunjung bisa menikmati Ngalau Indah, sebuah gua yang dikenal memesona. Pengelola telah menyediakan lampu-lampu, tangga, dan jalan setapak buat menikmati pemandangan dalam gua. Cukup membayar Rp 2.000, nikmati sensasi gua yang juga dikenal sebagai tempat bersarangnya ribuan kelelawar. Dari mulut gua, suara ringkik kalong telah terdengar. Hawa busuk dari tahi sang kampret menambah "semerbak" suasana ngalau.

Dalam gua, berbagai aneka batuan menyambut pengunjung. Batuan diberi nama sesuai bentuknya. Misalnya batu kursi. Pengunjung yang lelah dapat berhenti sejenak untuk duduk. Ada lagi batu kelambu. Batu yang terbuat dari endapan kapur yang terjadi sekian lama ini memang mirip kelambu. Pada beberapa bagiannya, ada ruangan batu seperti kamar tidur beneran. Di samping itu ada batu tira yang berwarna putih gemerlapan. Batu ini makin indah terkena sorotan cahaya lampu. Inilah sensasi yang ditawarkan Ngalau Indah.

Namun Kota Payakumbuh tak hanya dikenal dengan Lembah Harau dan Ngalau Indah. Wisatawan bisa mencicipi galamai--sejenis dodol--yang khas rasanya. Selain itu, tentu saja sanjai, makanan khas daerah Sumbar. Keripik balado atau sanjai yang terbuat singkong ini tahan lama dan cocok untuk bepergian atau oleh-oleh. Rasanya juga unik dan dan khas: pedas dan kemanis-manisan.(MAK/Grace Natalie dan Effendi Kasah)

sumber www.liputan6.com

Sabtu, 14 Juli 2007

Danau Maninjau


Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara kota Padang, ibukota Sumatera Barat. Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan Gunung Merapi. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan.
Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Di sekitar Danau Maninjau terdapat fasilitas wisata seperti puluhan hotel berbintang.
Jika menempuh danau ini dari Kota Bukittinggi, kita akan melewati turunan jalan yang berkelok begitu banyak sehingga disebut Kelok 44.

Kamis, 28 Juni 2007

Jam Gadang Bukittinggi



Jam Gadang Bukittinggi

Jam Gadang yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1827 sebagai tenpat pengintaian pada saat berkecamuk perang Padri (1825-1830). Saat ini Jam Gadang sudah menjadi landmark kota Bukittinggi disamping itu objek wisata lain yang tak kalah menarik adalah Lobang jepang, Benteng Ford De Kock, Taman Bundo Kanduang, Museum Bung Hatta dan tempat atraksi kesenian di Medan Nan Balinduang.